Denting lonceng itu berbunyi dan membuyarkan alunan riuh angin di malam yang sepi ini... Dedaunan seakan menari-nari di bawah ranting pohon yang tak lagi rindang... Aku di sini bertemankan sebatang lilin kecil, dengan bias cahayanya yang memantulkan bayangakan ku ketembok bisu persis melukiskan bahwa siluet di tembok itu adalah kau wahai yang mempunyai mata sayu namun syahdu... Sebongkah rindu seakan leleh di bakar cahaya lilin yang mulai meredup ketika aku ingat waktu kita di guguri lembut tetesan langit sambil merekahkan senyum bak mawar putih suci di tengah lembayung senja... Wahai kau yang berada di dalam bingkai hatiku, walau ragamu di seberang disana... Akan kutitipkan sejuta rasa sukacita ini melalui riak aliran air yang hanyut ke cawan Hati mu... Walau selaksaduka serangkailara menyelimuti aku disini bersama embun yang mulai manja memeluk malam... Namun aku enggan pagi cepat datang... Karena bagi ku, wajah mu dan purnama bagaikan gerhana bulan yang sempurna...
0 komentar:
Posting Komentar